Klinik Mata Jakarta – Rabun jauh atau miopia merupakan masalah yang makin meningkat di seluruh dunia. Sekarang tersedia dua kali lebih banyak orang di AS dan Eropa mengalami keadaan penglihatan selanjutnya layaknya 50 th. yang lalu. Menurut sebagian prediksi, sekitar 2,5 miliar orang di seluruh dunia mungkin terkena miopia terhadap th. 2020.
Walaupun operasi koreksi penglihatan punya tingkat keberhasilan yang relatif tinggi, itu adalah prosedur invasif, yang mampu membawa dampak komplikasi pasca-bedah, dan didalam masalah yang jarang terjadi: kehilangan penglihatan permanen. Selain itu,
operasi koreksi penglihatan dengan dukungan laser layaknya laser in situ keratomileusis (LASIK) dan keratektomi photorefractive (PRK) masih memakai teknologi ablatif yang mampu menipis dan didalam sebagian masalah melemahkan kornea.
Peneliti Teknik Columbia, Sinisa Vukelic udah mengembangkan pendekatan non-invasif baru untuk melakukan perbaikan kebolehan penglihatan secara permanen yang menyatakan harapan besar didalam tipe praklinis. Metodenya memakai osilator
femtosecond–laser ultrafast yang mengimbuhkan pulsa energi benar-benar rendah terhadap tingkat pengulangan yang tinggi untuk pergantian selektif dan lokal dari sifat biokimia dan biomekanis dari jaringan kornea.
Metode selanjutnya merubah geometri makroskopik jaringan, non-bedah, dan punya efek samping serta keterbatasan lebih sedikit daripada yang nampak terhadap operasi refraktif. Sebagai contoh, pasien dengan kornea tipis, mata kering, dan kelainan lain tidak mampu merintis operasi biasa
sifat biokimia dan biomekanis dari jaringan kolagen tanpa membawa dampak rusaknya sel dan problem jaringan. Teknik ini amat mungkin energi yang cukup untuk menginduksi plasma dengan kepadatan rendah di didalam volume fokus yang ditetapkan, tapi tidak membawa energi yang cukup untuk membawa dampak rusaknya terhadap jaringan di didalam wilayah perawatan.
Komponen perlu untuk pendekatan Vukelic adalah bahwa induksi plasma densitas rendah membawa dampak ionisasi molekul air didalam kornea. Ionisasi ini menciptakan spesies oksigen reaktif, (sejenis molekul tidak stabil yang mempunyai kandungan
oksigen dan yang ringan bereaksi dengan molekul lain didalam sel), yang terhadap gilirannya berinteraksi dengan fibril kolagen untuk membentuk ikatan kimia, atau ikatan silang. Pengenalan selektif dari ikatan silang ini menginduksi pergantian sifat mekanik jaringan kornea yang dirawat.
Baca Juga :
Cara Kerja Otak pada ‘Mata Malas’
Ketika tekniknya diterapkan terhadap jaringan kornea, ikatan silang merubah sifat kolagen di tempat yang dirawat, dan ini terhadap kelanjutannya membuahkan pergantian struktur makro kornea secara keseluruhan. Perawatan mengionisasi molekul
tujuan didalam kornea sambil menjauhi rusaknya optik dari jaringan kornea. Karena prosesnya adalah fotokimia, itu tidak mengganggu jaringan dan pergantian yang diinduksi tetap stabil.
Ini adalah keberangkatan mendasar dari perawatan laser ultrafast arus utama yang kala ini diterapkan didalam pengaturan penelitian dan klinis dan tergantung terhadap rusaknya optik bahan tujuan dan pembentukan gelembung kavitasi selanjutnya.”
“Operasi refraktif udah tersedia sepanjang bertahun-tahun, dan walaupun merupakan teknologi yang matang, para peneliti udah mencari alternatif yang layak dan tidak benar-benar invasif untuk kala yang lama,” kata Leejee H. Suh, Associate
Professor of Ophthalmology di Miranda Wong Tang, “Modalitas generasi Vukelic seterusnya menyatakan harapan besar. Ini mampu menjadi kemajuan besar didalam merawat populasi international yang jauh lebih besar dan menangani pandemi miopia.”
Kelompok Vukelic kala ini tengah membangun prototipe klinis dan mencari cara untuk memprediksi tingkah laku kornea sebagai manfaat iradiasi laser, serta cara kornea mungkin beralih bentuk jika lingkaran kecil atau elips. Jika peneliti menyadari
bagaimana kornea bakal berperilaku, mereka bakal mampu mempersonalisasi penyembuhan – mereka mampu memindai kornea pasien dan lantas memakai algoritma Vukelic untuk membawa dampak pergantian khusus pasien untuk menaikkan penglihatan mereka.
“Hal yang benar-benar menarik adalah bahwa teknik kami tidak terbatas terhadap sarana okuler – teknik ini mampu digunakan terhadap jaringan kaya kolagen lainnya,” tambah Vukelic, “Kami terhitung udah bekerja dengan laboratorium Profesor Gerard
Ateshian untuk membuat sembuh osteoartritis dini, dan hasil awal benar-benar menggembirakan. Kami pikir pendekatan non-invasif kami punya potensi untuk membuka jalur untuk merawat atau melakukan perbaikan jaringan kolagen tanpa membawa dampak rusaknya jaringan.”