Myopia Booming Pasca-Covid: 20% Anak Indonesia Jarang Disadari Mengalami Mata Minus

Klinik Mata Bekasi – Miopia atau minus mata merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2050, diperkirakan setengah dari populasi dunia akan menderita rabun dekat. Kurangnya waktu untuk aktivitas di luar ruangan telah menjadi salah satu penyebab rabun dekat sejak pandemi Covid-19, terutama pada anak-anak. Salah satu faktor yang […]

Klinik Mata Bekasi – Miopia atau minus mata merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2050, diperkirakan setengah dari populasi dunia akan menderita rabun dekat. Kurangnya waktu untuk aktivitas di luar ruangan telah menjadi salah satu penyebab rabun dekat sejak pandemi Covid-19, terutama pada anak-anak.

Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap fenomena Myopia Boom adalah penggunaan perangkat elektronik yang berlebihan. Jumlah kasus miopia telah meningkat secara signifikan di sejumlah negara Asia Timur dan Tenggara termasuk Indonesia, akibat fenomena Myopia Booming. Menurut studi yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada pada 312 anak, 21% di antaranya mengalami kesalahan refraksi yang signifikan dan 41% menderita miopia. 

Kemudian, pada Sabtu, 22 Oktober, di VIO OPTICAL Clinic, Dr. Andri Agus Syah, OD, FPCO, FAAO, seorang optometris dan praktisi terapi miopia (ortokeratologi). Berdasarkan penelitian dan pengamatan dari Dr. Andri Agus Syah dari VIO Optical Clinic terhadap pasiennya, terdapat 20 persen siswa sekolah yang ada di Indonesia ini mengalami mata minus.

Hal tersebut menunjukkan bahwa 10 sampai dengan 15 siswa di setiap kelas mengalami gangguan refraksi dan membutuhkan alat bantu penglihatan untuk mampu melihat dengan lebih jelas. Dr. Andri Agus Syah dari VIO Optical Clinic, menyatakan “Tentu saja, prevalensi ini meningkat setiap tahun, terutama sejak pandemi Covid-19, karena anak-anak menggunakan gadget atau smartphone lebih sering, yang menyebabkan peningkatan miopia yang cepat.”

Karena kesehatan mata sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak serta kesuksesan akademik mereka, orang tua perlu memahami bahwa fenomena Myopia Boom tidak boleh diabaikan. Miopia yang tidak diobati dapat menyebabkan berbagai masalah yang merugikan kesehatan mata. Miopia tinggi benar-benar meningkatkan risiko kebutaan. Kelainan refraksi miopia yang tidak diobati dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk mata malas.

Ketika seorang anak memiliki miopia parah pada satu mata, otak terpaksa hanya mengandalkan mata yang sehat, kondisi yang dikenal sebagai mata malas. Faktanya, baik lensa kontak maupun kacamata biasa tidak dapat memperbaiki mata malas. Miopia yang tidak diobati juga dapat secara signifikan meningkatkan risiko glaukoma dan katarak.

Dr. Weni Puspitasari, Sp. M., spesialis mata di VIO Optical Clinic, Grand Galaxy-South Bekasi, menambahkan, “Seseorang dengan miopia tinggi juga berisiko tinggi mengalami ablasio retina atau retina yang lepas.” Berita baiknya, 80% masalah penglihatan ini dapat dicegah pada tahap awal dengan berbagai strategi, termasuk mengurangi penggunaan perangkat elektronik berlebihan, lebih banyak beraktivitas di luar ruangan, dan yang paling penting adalah melakukan pemeriksaan mata secara rutin.

Pemeriksaan mata komprehensif disarankan setiap enam hingga dua belas bulan. Dengan cara ini, kita dapat menghindari kondisi mata yang dapat mengancam kesehatan mata kita.

Baca Juga: Sindrom Mata Kering Picu Kedutan Mata Kiri yang Berulang? Ketahui Cara Mengatasinya

Minus mata pada anak-anak dapat diobati secara efektif tanpa perlu operasi. Terapi Miopia (Terapi Ortho-K) adalah nama lain untuknya. Tujuan Terapi Ortho-K adalah untuk mengembalikan bentuk bulat kornea dengan membentuk ulang bentuknya yang memanjang dan tidak rata. Terapi ini sangat bermanfaat jika digunakan pada malam hari atau saat tidur selama minimal delapan jam.

Pasien tidak lagi memerlukan kacamata atau lensa kontak untuk melihat dengan jelas saat bangun dan melakukan aktivitas sehari-hari. Menurut Dr. Andri Agus Syah, OD, FPCO, FAAO, Optometris dan Praktisi Terapi Miopia (Ortho-K) di VIO Optical Clinic, Terapi Ortho-K harus digunakan secara konsisten sesuai resep dokter untuk meminimalkan miopia dan mempertahankan hasilnya demi efektivitas optimal.

Menurut American Academy of Ophthalmology, terapi Ortho-K aman digunakan pada pasien dari segala usia karena telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration). Akibatnya, pengobatan ini dianggap alami dan memiliki tingkat keberhasilan 85–90%. (OL-13)

Apakah Anda dan keluarga membutuhkan layanan kesehatan mata? Segera kunjungi Vio Optical Clinic. VIO Optical Clinic adalah Eyecare yang profesional dan juga terpercaya yang selalu ada untuk membantu Anda dan keluarga meningkatkan kualitas penglihatan menjadi lebih baik melalui layanan Vision Therapy, salah satunya adalah terapi Ortho K (Orthokeratology) untuk terapi pengobatan dan mengurangi tingkat minus seseorang yang mengalami minus mata atau rabun jauh.

VIO Optical Clinic sudah didirikan sejak tahun 2013 terletak di Harapan Indah dan Grand Galaxy City – Bekasi dan berada di bawah naungan Dokter Optometri lulusan Cebu Doctor University Phillipine yang berpengalaman. Selain itu, juga mendapatkan sertifikasi oleh Fellow American Academy of Optometry (FAAO) serta memiliki spesialisasi di bidang Vision Therapy (Terapi Penglihatan) yang memiliki kualitas skala internasional. Tidak hanya Dokter Optometri, VIO Optical Clinic juga bekerja sama dengan para Dokter Spesialis Mata yang juga siap membantu Anda dan keluarga untuk menangani berbagai permasalahan pada mata.

VIO Optical Clinic juga memberikan layanan pemeriksaan kesehatan mata secara menyeluruh dengan peralatan medis canggih yang lengkap. Jadi, percayakan kesehatan mata Anda dan/ keluarga bersama layanan kesehatan mata dari Vio Optical Clinic. Dan jangan lupa kunjungi juga channel kami VIO OPTICAL Clinic untuk melihat lebih dekat profesionalitas kami dalam perawatan kesehatan mata keluarga Indonesia.