Klinik Mata BekasiAda banyak mitos sementara seseorang mengalami kasus terhadap mata merah. Mata merah sesungguhnya merupakan suasana medis yang bernama konjungtivitis. Dilansir dari National Eye Institute, suasana ini berlangsung sementara konjungtiva mengalami peradangan. Untuk meluruskan beragam mitos mengenai mata merah akibat konjungtivitis, simak ulasan selanjutnya ini.

Mitos seputar mata merah dikarenakan konjungtivitis
Berikut beberapa mitos tentang konjungtivitis atau pink eye yang mesti diluruskan:

1. Konjungtivitis tentu menular
cara menangani mata kering dan sensitif

Banyak orang yakin semua orang yang mengalami mata berwarna merah dikarenakan konjungtivitis tentu menularkan kondisinya tersebut. Padahal, perihal ini hanya mitos belaka. Pasalnya, tidak semua orang yang mengalami konjungtivitis sanggup menularkan penyakitnya selanjutnya terhadap orang lain.

Jika kemerahan terhadap mata disebabkan oleh virus atau bakteri, perihal ini sesungguhnya sanggup menular. Akan tetapi, jikalau kemerahan ini disebabkan dikarenakan bahan kimia tertentu atau alergen, tak mesti risau dikarenakan suasana ini tidak menular.

2. Hanya anak-anak yang sanggup mengalami konjungtivitis
menghilangkan mata panda
Jika Anda mendengar bahwa konjungtivitis hanya menyerang anak-anak, berarti itu informasi yang keliru. Mata merah

dikarenakan konjungtivitis sesungguhnya paling sering berlangsung terhadap anak. Hal ini biasanya berlangsung dikarenakan anak cenderung menggosok mata tanpa mencuci tangannya yang kotor. Namun, suasana ini juga sanggup dialami oleh orang dewasa sementara lakukan kebiasaan tersebut.

3. Mata merah tentu selalu konjungtivitis
mata belekan
Ada banyak sekali suasana yang membawa dampak mata seseorang jadi merah. Mulai dari alergi sampai sindrom mata kering. Bahkan, tersedia tiga suasana nyata-nyata yang membawa dampak mata juga jadi kemerahan yakni glaukoma

(kerusakan terhadap saraf optik), skleritis (peradangan terhadap selaput putih di kira-kira mata), dan uveitis (peradangan dan pembengkakan terhadap lapisan tengah bola mata).

Baca Juga : 4 Jenis Stroke yang Umum Menyerang Mata

4. Tidak tersedia obat untuk konjungtivitis

Pengobatan konjungtivitis bergantung penyebabnya. Konjungtivitis yang disebabkan dikarenakan virus sesungguhnya sanggup sembuh sendiri, dibantu bersama kompres dingin dan tetes mata buatan untuk menenangkan mata.

Lain halnya jikalau disebabkan oleh bakteri, pengobatan yang pas adalah bersama tetes mata antibiotik. Selain itu, obat alergi juga sanggup menunjang meredakan konjungtivitis jikalau disebabkan oleh alergen. Untuk itu, jikalau keluhan Anda tidak

kunjung membaik, konsultasikan ke dokter untuk mengerti penyebab dan pengobatan yang pas terhadap tanda-tanda konjungtivitis Anda.

5. Tak dapat terlihat jikalau tidak mengucek mata bersama tangan kotor
cara menangani mata kering
Menyentuh mata bersama tangan yang kotor hanya tidak benar satu dari sekian banyak penyebab konjungtivitis. Anda juga sanggup mengalami suasana ini sementara terpapar bersama zat yang terkontaminasi seperti lensa kontak yang kotor, makeup, polusi, dan bulu hewan peliharaan. Selain itu, konjungtivitis virus dan bakteri juga sanggup tertular dari orang lain.

6. Hanya sanggup menyerang sekali saja
mata menjadi perih
Faktanya, mata merah akibat konjungtivitis sanggup terlihat lebih dari sekali. Kondisi ini dapat bersama gampang terulang jikalau Anda terpapar hal-hal yang memicunya. Oleh dikarenakan itu, Anda mesti berhati-hati dan memelihara kesehatan mata apalagi jikalau punyai alergi terhadap bahan tertentu.

7. Bayi tidak sanggup kena konjungtivitis
higroma kistik
Bayi yang baru lahir sanggup mengalami konjungtivitis neonatal. Kondisi ini disebabkan dikarenakan saluran air mata yang tersumbat, iritasi, atau infeksi. Biasanya, bakteri atau virus ini ditularkan dari ibu ke bayi sementara melahirkan.

Umumnya, suasana ini berlangsung kala ibu punyai penyakit kelamin seperti klamidia atau gonore. Selain di mata, bayi yang lahir bersama konjungtivitis akibat penyakit kelamin ini sanggup mengalami infeksi nyata-nyata di paru-paru dan sumsum tulang belakang.

Artikel Terkait